Rabu, 24 November 2010

indahnya surga

“ Indahnya Syurga”
dibuat Oleh: Abu Hanifah Muhammad Faishal alBantani, dkk
di Koreksi (Muraja’ah): Ustadz Marwan Hadid bin Musa serta Ustadz Abu Faqih Abdul Wahab At-Teghaly

Alam Akhirat ialah alam terakhir yang akan dilalui oleh manusia dalam kehidupannya. Sebelum menuju alam akhirat manusia mengalami alam ruh, alam kandungan , alam dunia, dan alam kubur (alam barzah). Di akhirat manusia akan kekal dan tidak ada lagi kematian setelah dibangkitkannya kembali manusia dari kuburnya pada hari kiamat. Ada 2 kehidupan di akhirat dan tidak ada yang ketiga, yaitu Surga & Neraka.

Gambaran tentang surga dan penghuninya

Ikhwan & Akhwat Fillah…… Surga, oh betapa indahnya kehidupan surga. Sungguh beruntung siapa yang mendapatkannya. Surga memiliki 8 pintu yang masing-masing dikhususkan untuk orang-orang shalih yang rajin mengamalkan amalan shalih di dunia. Ada pintu yang khusus diperuntukkan bagi orang yang ahli Shalat, ada pintu khusus bagi orang yang ahli Shadaqah, ada pintu bernama Ar-Rayyan yang dikhususkan bagi orang yang ahli Shaum (Puasa), dan seterusnya untuk ahli Zakat, Shadaqah dan lainnya. Ada orang yang berhaq memasuki semua pintu dan ia dipanggil dari semua pintu surga untuk memasukinya.

Di dalam surga para penghuninya memiliki tingkatan-tingkatan dan kedudukan yang berbeda sesuai dengan tingkat amal shalihnya di dunia. Rasullullah Shallallahu’Alaihi Wa Sallam menyebutkan bahwa di surga ada 100 tingkatan, dan jarak antara satu tingkatan dengan tingkatan di atasnya seperti jarak antara langit dan bumi. Surga Firdaus ialah surga tertinggi tingkatannya dan di atasnya ada ‘arsy singgasana Allah Ta’ala. Dari sanalah sungai-sungai surga mengalir.

Dari surga mengalir sungai-sungai yang airnya berupa susu, madu, khamer yang sangat lezat rasanya dan tidak memabukkan. Barangsiapa yang minum airnya ia tidak akan merasa haus selamanya. Di surga ada telaga Kautsar yang memiliki bejana sebanyak bintang-bintang di langit. Air telaga Kautsar sangat putih lebih putih daripada susu dan sangat manis lebih manis dari pada madu. Di dalam surga banyak kebun dan buah-buahan yang beraneka ragam dan lezat rasanya. Tidak perlu bersusah payah bagi orang yang ingin memetik buahnya. Mereka bebas menikmati kelezatan tanpa ada yang melarangnya. Di dalam surga ada pemandangan-pemandangan yang sangat indah nan mengagumkan.
Kamar-kamar surga yang bergemerlapan, ada dipan-dipan yang tinggi, bantal-bantal dan tilam untuk bersantai dan ada permadani yang terhampar sebagai karpetnya untuk perhiasan dan bersenang-senang. Dalam surga ada kemah-kemah dan kubah-kubah permata dan debunya terbuat dari misik yang sangat wangi baunya. Di surga banyak taman yang indah. Rasullullah Shallallahu’Alaihi Wa Sallam bersabda: “ Di surga ada sebuah pohon yang apabila seorang berjalan dengan kendaraanya yang paling bagus dan mampu berjalan dalam waktu 100 tahun, niscaya tidak akan selesai melewatinya”. (Hadits Riwayat Muttafaqun ‘Alaih dengan Isnad Shahih). Rasullullah Shallallahu’Alaihi Wa Sallam juga menyebutkan bahwa tidak ada pohon di surga melainkan batangnya terbuat dari emas. Masya Alloh Ta’ala,…..alangkah indahnya!!.

Penduduk surga oleh Alloh Ta’ala dimudahkan usianya sekitar 33 atau 30 tahun. Mereka semua mendapatkan kesenangan. Pakaian mereka sangat indah, makan minumnya sangat lezat. Mereka makan dan minum dan tidak buang kotoran, tidak mengeluarkan ingus, dan tidak buang air. Para penghuni surga diberi pelayan-pelayan yang elok dan dikelilingi oleh bidadari-bidadari yang sangat cantik tiada taranya. Mereka dijadikan sebagai istri-istri bagi penghuni surga.

Kenikmatan penghuni surga yang paling agung

Di antara nikmat-nikmat surga ada satu nikmat yang paling agung yang akan diberikan oleh Alloh Ta’ala bagi orang-orang yang beriman & bertaqwa di surga. Mereka akan mendapatkan kenikmatan melihat wajah Alloh Ta’ala yang Mulia. Para penduduk surga dapat melihat wajah Alloh Ta’ala tanpa berdesak-desakan dan sejuk di hati mereka. Mereka sangat berbahagia. Inilah makna kebahagiaan berjumpa dengan Alloh Ta’ala Rabb semesta alam, yaitu dapat melihat wajah-Nya di surga.

Pendek kata, semua kenikmatan surga itu tidak pernah di dengar oleh telinga, tidak pernah terlihat oleh mata, dan tidak pernah terbesit di dalam hati. Gambaran-gambaran surga ini hanyalah pemberitaan dari Rasullullah Shallallahu’Alaihi Wa Sallam yang hanya dapat dirasakan sendiri oleh para penghuninya kelak. Sekian, Wallohu’Alam Bis-Showab, Semoga Alloh Tabarokta Wa Ta’ala memasukkan kita ke dalam Jannah-Nya (Surga-Nya). Amiin. Dan Shalawat serta Salam kita haturkan kepada Rasullullah Shallallahu’Alaihi Wa Sallam, Keluarga Beliau, Shahabatnya, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan pengikut yang selalu Istiqomah membela bendera Rabb-Nya dan Sunnah beliau hingga Akhir Zaman. Baarokallaahu ‘Fiik.
Sumber Referensi:
Kitab Surga dan jalan-jalannya, Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi
Kitab Syarh’ Aqidah Wasithiyah Karya: Al-Allamah As-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin
Kitab Nihayatul Al-Bidayah Wan Nihayah Karya: Al-Hafidz As-Syaikh Ibnul Katsir
Kitab Hadiul Arwah Ila Biladil Afrah Karya: Al-Imam As-Syaikh Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah
Kitab Syarh Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam, Karya Al-Hafidz Ibnul Hajar Al-Asqalani

Minggu, 21 November 2010

hari pembalasan

Hisab Pada Hari Pembalasan


 Beriman kepada hari Akhir dan kejadian yang ada padanya merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap muslim. Untuk mencapai kesempurnaan iman terhadap hari Akhir, maka semestinya setiap muslim mengetahui peristiwa dan tahapan yang akan dilalui manusia pada hari tersebut. Di antaranya yaitu masalah hisab (perhitungan) yang merupakan maksud dari iman kepada hari Akhir. Karena, pengertian dari beriman kepada hari kebangkitan adalah, beriman dengan hari kembalinya manusia kepada Allah lalu dihisab. Sehingga hakikat iman kepada hari kebangkitan adalah iman kepada hisab ini.[1]


PENGERTIAN HISAB
Pengertian hisab disini adalah, peristiwa Allah menampakkan kepada manusia amalan mereka di dunia dan menetapkannya[2]. Atau Allah mengingatkan dan memberitahukan kepada manusia tentang amalan kebaikan dan keburukan yang telah mereka lakukan.[3]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, Allah akan menghisab seluruh makhluk dan berkhalwat kepada seorang mukmin, lalu menetapkan dosa-dosanya[4]. Syaikh Shalih Ali Syaikh mengomentari pandangan ini dengan menyatakan, bahwa inilah makna al muhasabah (proses hisab)[5]. Demikian juga Syaikh Ibnu Utsaimin menyatakan, muhasabah adalah proses manusia melihat amalan mereka pada hari Kiamat[6].

Hisab Menurut Istilah Aqidah Memiliki Dua Pengertian :

Pertama : Al ‘Aradh (pemaparan). Juga demiliki mempunyai dua pengertian juga.
1). Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah dalam keadaan menampakkan lembaran amalan mereka. Ini mencakup orang yang dimunaqasyah hisabnya dan yang tidak dihisab.
2). Pemaparan amalan maksiat kaum Mukminin kepada mereka, penetapannya, merahasiakan (tidak dibuka dihadapan orang lain) dan pengampunan Allah atasnya. Hisab demikian ini dinamakan hisab yang ringan (hisab yasir) [7].

Kedua : Munaqasyah, dan inilah yang dinamakan hisab (perhitungan) antara kebaikan dan keburukan [8].
Untuk itulah Syaikhul Islam menyatakan, hisab, dapat dimaksudkan sebagai perhitungan antara amal kebajikan dan amal keburukan, dan di dalamnya terkandung pengertian munaqasyah. Juga dimaksukan dengan pengertian pemaparan dan pemberitahuan amalan terhadap pelakunya [9].

Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam menyatakan di dalam sabdanya:

مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا قَالَتْ فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ

“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya,”Bukankah Allah telah berfirman ‘maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah’ [10]” Maka Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab: “Hal itu adalah al ‘aradh. Namun barangsiapa yang dimunaqasyah hisabnya, maka ia akan binasa”. [Muttafaqun ‘alaihi]

HISAB PASTI ADA
Kepastian adanya hisab ini telah dijelaskan di dalam al Qur`an dan Sunnah. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

"Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah", [al Insyiqaq / 84 : 7-8].

"Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)". [al Insyiqaq / 84:10-12]

"Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka". [al Ghasyiyah / 88 : 25-26]

"Pada hari ini, tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya". [al Mu’min / 40 : 17]

Sedangkan dalil dari Sunnah Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam, di antaranya hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Aisyah, dari Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau berkata:

لَيْسَ أَحَدٌ يُحَاسَبُ إِلَّا هَلَكَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَيْسَ اللَّهُ يَقُولُ حِسَابًا يَسِيرًا قَالَ ذَاكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ هَلَكَ

“Tidak ada seorangpun yang dihisab kecuali binasa,” Aku (Aisyah) bertanya,”Wahai Rasulullah, bukankah Allah berfirman ‘pemeriksaan yang mudah’?” Beliau menjawab,”Itu adalah al aradh, namun barangsiapa yang diperiksa hisabnya, maka binasa”.

Imam Ibnu Abil Izz (wafat tahun 792 H) menjelaskan, makna hadits ini adalah, seandainya Allah memeriksa dengan menghitung amal kebajikan dan keburukan dalam hisab hambaNya, tentulah akan mengadzab mereka dalam keadaan tidak menzhalimi mereka sedikitpun, namun Allah memaafkan dan mengampuninya.[11]

Demikian juga umat Islam, sepakat atas hal ini [12]. Sehingga apabila seseorang mengingkari hisab, maka ia telah berbuat kufur, dan pelakunya sama dengan pengingkar hari kebangkitan.[13]

HISAB MANUSIA DAN HEWAN
Syaikhul Islam menyatakan: “Allah akan menghisab seluruh makhlukNya” [14]

Dari pernyataan ini, Syaikhul Islam menjelaskan, bahwa Allah akan menghisab seluruh makhlukNya. Namun ini termasuk menggunakan lafahz bermakna umum tapi yang dimaksudkan adalah tertentu saja. Yaitu khusus yang Allah bebani syariat. Karena pemberlakuan proses hisab itu pada amalan baik dan buruk hamba yang mukallaf, mencakup manusia dan jin [15]. Begitu pula Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menyatakan, bahwa hisab ini juga mencakup jin, karena mereka mukallaf. Oleh karena itu, jin kafir masuk ke dalam neraka, sebagaimana disebutkan menurut nash syariat dan Ijma’. Firman Allah Subhanahuw a Ta’ala menyebutkan :

"Allah berfirman:"Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu… " [al A’raf/. 7:38]

Yang mukmin masuk syurga, menurut mayoritas ulama dan ini yang benar sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah:

"Dan bagi orang yang takut saat menghadap Rabb-nya ada dua surga. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan. Kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin". [ar Rahman / 55 : 46 – 56]

Dikecualikan dalam hal ini, yaitu mereka yang masuk surga tanpa hisab maupun adzab. Begitu pula dengan hewan yang tidak memiliki pahala dan dosa.

Adapun orang kafir, apakah dihisab ataukah tidak? Dalam permasalahan ini, para ulama berselisih pendapat. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa orang kafir tidak dihisab. Sedangkan sebagian lainnya menyatakan mereka dihisab.

Syaikhul Islam mendudukkan permasalahan ini dengan pernyataan beliau rahimahullah : “Pemutus perbedaan (dalam masalah ini), yaitu hisab dapat dimaksudkan dengan pengertian pemaparan dan pemberitahuan amalan mereka, serta celaan terhadap mereka. Dapat (juga) dimaksudkan dengan pengertian perhitungan antara amal kebajikan dengan amal keburukan. Apabila yang diinginkan dengan kata "hisab" adalah pengertian pertama, maka jelas mereka dihisab. Namun bila dengan pengertian kedua, maka bila dimaksudkan bahwa orang kafir tetap memiliki kebajikan yang menjadikannya pantas masuk surga, maka (pendapat demikian) ini jelas keliru. Tetapi bila yang dimaksudkan mereka memiliki tingkatan-tingkatan dalam (menerima) adzab, maka orang yang banyak dosa kesalahannya, adzabnya lebih besar dari orang yang sedikit dosa kesalahannya, dan orang yang memiliki kebajikan, maka diringankan adzabnya, sebagaimana Abu Thalib lebih ringan adzabnya dari Abu Lahab. Allah berfirman:

"Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan". [an Nahl / 16:88]

"Sesungguhnya mengundur-undur bulan haram itu adalah menambah kekafiran". [at Taubah / 9:37]

Apabila adzab sebagian orang kafir lebih keras dari sebagian lainnya -karena banyaknya dosa dan sedikitnya amal kebaikan- maka hisab dilakukan untuk menjelaskan tingkatan adzab, bukan untuk masuk syurga [16]
.
Dengan penjelasan Syaikhul Islam tersebut, maka hisab di atas, maksudnya adalah dalam pengertian menghitung, menulis dan memaparkan amalan-amalan kepada mereka, bukan dalam pengertian penetapan kebaikan yang bermanfaat bagi mereka pada hari Kiamat untuk ditimbang melawan amalan keburukan mereka[17]. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

"Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat".[al Kahfi / 18 : 105]

AMALAN ORANG KAFIR DI DUNIA
Amalan kebaikan yang dilakukan orang kafir di dunia terbagi menjadi dua. Pertama, yang disyaratkan padanya Islam dan niat. Amalan-amalan ini tidak diterima dan tidak bermanfaat baginya di dunia dan akhirat. Kedua, amalan yang tidak disyaratkan Islam padanya, seperti keluhuran budi pekerti, menunda penagihan hutang bagi yang tidak mampu membayar dan lain-lainnya. Amalan-amalan ini akan diberi balasannya di dunia[18]
.
Syaikh Kholil Haras menyatakan: “Yang benar adalah, semua amalan kebaikan yang dilakukan orang kafir hanya dibalas di dunia saja. Hingga bila datang hari Kiamat, ia akan mendapati lembaran kebaikannya kosong”[19]. Demikian ini, karena Allah berfirman:

"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan" [al Furqaan / 25 : 23]

"Orang-orang yang kafir kepada Rabb-nya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh".[Ibrahim / 14 : 18].

Ada pendapat lain yang menyatakan amalan kebaikan mereka di dunia dapat meringankan adzab mereka. Menurut pendapat ini, amalan kebaikan yang tidak disyaratkan Islam padanya, pada hari Kiamat akan mendapat balasan untuk menutupi kezhalimannya terhadap orang lain. Apabila antara kezhalimannya seimbang dengan amalan tersebut, maka ia hanya diadzab disebabkan oleh kekufurannya saja. Namun, bila orang kafir ini tidak memiliki amal kebaikan di dunia, maka ditambahkan adzabnya yang disebabkan kekufurannya[20]

CARA HISAB
Hisab ini dilakukan dalam satu waktu, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang akan melakukannya, sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam dalam sabda beliau :

مَا مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ مِنْ عَمَلِهِ وَيَنْظُرُ أَشْأَمَ مِنْهُ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ

"Tidak ada seorangpun dari kalian kecuali akan diajak bicara Rabb-nya tanpa ada penterjemah antara dia dengan Rabb-nya. Lalu ia melihat ke sebelah kanan, hanya melihat amalan yang pernah dilakukannya; dan ia melihat kekiri, hanya melihat amalan yang pernah dilakukannya. Lalu melihat ke depan, kemudian hanya melihat neraka ada di hadapannya".

Kemudian diberikan kitab yang telah ditulis malaikat agar dibaca dan diketahui oleh setiap orang. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan :

"Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami. Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya?” Dan mereka mendapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabb-mu tidak menganiaya seorang juapun". [al Kahfi / 18 : 49]

Allah Subhanahu wa Ta’ala memang menulis semua amalan hambaNya, yang baik maupun yang buruk, sebagaimana firmanNya:

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" [al Zalzalah / 99:7-8].

"Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakanNya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu". [al Mujaadilah / 58 : 6].

Sehingga seluruh pelaku perbuatan melihat amalannya dan tidak dapat mengingkarinya, karena bumi menceritakan semua amalan mereka. Begitu pula seluruh anggota tubuh pun berbicara tentang perbuatan yang telah ia lakukan. Dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

"Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini),” pada hari itu bumi menceritakan beritanya". [al Zalzalah / 99 : 1-4].

"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan." [Yaasin / 36:65]

CARA HISAB SEORANG MUKMIN DAN KAFIR
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pengasih dan Maha Lembut tidak menghisab kaum Mukminin dengan munaqasyah, namun mencukupkan dengan al aradh. Dia hanya memaparkan dan menjelaskan semua amalan tersebut di hadapan mereka, dan Dia merahasiakannya, tidak ada orang lain yang melihatnya, lalu Allah berseru : “Telah Aku rahasiakan hal itu di dunia, dan sekarang Aku ampuni semuanya”.

Demikian dijelaskan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam dalam hadits Ibnu ‘Umar, beliau berkata :

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ فَيَقُولُ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا فَيَقُولُ نَعَمْ أَيْ رَبِّ حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوبِهِ وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ قَالَ سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ فَيُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيَقُولُ الْأَشْهَادُ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

"Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mendekati seorang mukmin, lalu meletakkan padanya sitar dan menutupinya (dari pandangan orang lain), lalu (Allah) berseru : ‘Tahukah engkau dosa ini? Tahukah engkau dosa itu?’ Mukmin tersebut menjawab,’Ya, wahai Rabb-ku,’ hingga bila selesai meyampaikan semua dosa-dosanya dan mukmin tersebut melihat dirinya telah binasa, Allah berfirman,’Aku telah rahasiakan (menutupi) dosa itu di dunia, dan Aku sekarang mengampunimu,’ lalu ia diberi kitab kebaikannya. Sedangkan orang kafir dan munafik, maka Allah berfirman : ‘Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka’. Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zhalim”. [HR al Bukhari]

Adapun orang-orang kafir, mereka akan dipanggil di hadapan semua makhluk. Kepada mereka disampaikan semua nikmat Allah, kemudian akan dipersaksikan amalan kejelekan mereka disana. Dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :

فَيَلْقَى الْعَبْدَ فَيَقُولُ أَيْ فُلْ أَلَمْ أُكْرِمْكَ وَأُسَوِّدْكَ وَأُزَوِّجْكَ وَأُسَخِّرْ لَكَ الْخَيْلَ وَالْإِبِلَ وَأَذَرْكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ فَيَقُولُ بَلَى قَالَ فَيَقُولُ أَفَظَنَنْتَ أَنَّكَ مُلَاقِيَّ فَيَقُولُ لَا فَيَقُولُ فَإِنِّي أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِي ثُمَّ يَلْقَى الثَّانِيَ فَيَقُولُ أَيْ فُلْ أَلَمْ أُكْرِمْكَ وَأُسَوِّدْكَ وَأُزَوِّجْكَ وَأُسَخِّرْ لَكَ الْخَيْلَ وَالْإِبِلَ وَأَذَرْكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ فَيَقُولُ بَلَى أَيْ رَبِّ فَيَقُولُ أَفَظَنَنْتَ أَنَّكَ مُلَاقِيَّ فَيَقُولُ لَا فَيَقُولُ فَإِنِّي أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِي ثُمَّ يَلْقَى الثَّالِثَ فَيَقُولُ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ آمَنْتُ بِكَ وَبِكِتَابِكَ وَبِرُسُلِكَ وَصَلَّيْتُ وَصُمْتُ وَتَصَدَّقْتُ وَيُثْنِي بِخَيْرٍ مَا اسْتَطَاعَ فَيَقُولُ هَاهُنَا إِذًا قَالَ ثُمَّ يُقَالُ لَهُ الْآنَ نَبْعَثُ شَاهِدَنَا عَلَيْكَ وَيَتَفَكَّرُ فِي نَفْسِهِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْهَدُ عَلَيَّ فَيُخْتَمُ عَلَى فِيهِ وَيُقَالُ لِفَخِذِهِ وَلَحْمِهِ وَعِظَامِهِ انْطِقِي فَتَنْطِقُ فَخِذُهُ وَلَحْمُهُ وَعِظَامُهُ بِعَمَلِهِ وَذَلِكَ لِيُعْذِرَ مِنْ نَفْسِهِ وَذَلِكَ الْمُنَافِقُ وَذَلِكَ الَّذِي يَسْخَطُ اللَّهُ عَلَيْهِ

"Lalu Allah menemui hambaNya dan berkata : “Wahai Fulan! Bukankah Aku telah memuliakanmu, menjadikan engkau sebagai pemimpin, menikahkanmu dan menundukkan untukmu kuda dan onta, serta memudahkanmu memimpin dan memiliki harta banyak?" Maka ia menjawab: “Benar”. Allah berkata lagi: “Apakah engkau telah meyakini akan menjumpaiKu?” Maka ia menjawab: “Tidak,” maka Allah berfirman : “Aku biarkan engkau sebagaimana engkau telah melupakanKu”.
Kemudian (Allah) menemui orang yang ketiga dan menyampaikan seperti yang disampaikan di atas. Lalu ia (orang itu) menjawab: "Wahai Rabbku! Aku telah beriman kepadaMu, kepada kitab suciMu dan rasul-rasul Mu. Juga aku telah shalat, bershadaqah," dan ia memuji dengan kebaikan semampunya. Allah menjawab: "Kalau begitu, sekarang (pembuktiannya)," kemudian dikatakan kepadanya: "Sekarang Kami akan membawa para saksi atasmu," dan orang tersebut berfikir siapa yang akan bersaksi atasku. Lalu mulutnya dikunci dan dikatakan kepada paha, daging dan tulangnya: "Bicaralah!" Lalu paha, daging dan tulangnya bercerita tentang amalannya, dan itu untuk menghilangkan udzur dari dirinya. Itulah nasib munafik dan orang yang Allah murkai". [HR Muslim].

Demikianlah keadaan tiga jenis manusia. Yang pertama seorang mukmin, ia mendapatkan ampunan dan kemuliaan Allah. Yang kedua seorang yang kafir dan ketiga orang munafik. Keduanya mendapat laknat dan kemurkaan Allah.

Oleh karena itu, bersiaplah menghadapinya dengan mempersiapkan bekal ilmu yang bermanfaat dan amal shalih yang cukup, memperbanyak mengingat hari perhitungan ini dan melihat kepada amalan yang telah kita perbuat. Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq kepada kita untuk memperbanyak bekal, yang nantinya dengan bekal tersebut kita menghadap sang pencipta dan mendapat keridhaanNya.

Washallahu ‘ala Nabiyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi ajma’in. 

hari akhir ( kiamat )

Hari Akhir

E-mail PDF

Hari akhir adalah hari Kiamat, saat Allah membangkitkan makhluk-makhluk untuk dihisab (diperhitungkan) dan dibalas. Disebut hari akhir karena tidak ada lagi hari sesudahnya sedangkan penghuni surga telah jelas akan menempati surga dan penduduk neraka akan menempati neraka.
Pengetahuan tentang kapan terjadinya hari akhir hanya Allah yang mengetahuinya, sebagaimana firman-Nya, “Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.’ Dan tahukah kamu hari (Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (QS. Al-Ahzab: 63).

Nama Lain Hari Akhir
Hari Akhir memiliki beberapa nama lain, di antaranya: hari Kiamat (Yaumul Qiyamah), hari Kebangkitan (Yaumul Baats), hari Keputusan (Yaumul Fashl), hari Keluar (Yaumul Khuruj), hari Pembalasan (Yaumul Din), hari Kekekalan (Yaumul Khulud), hari Perhitungan (Yaumul Hisab), Hari Ancaman (Yaumul Wa’iid), Al-Ghasyiyah, Al-Waqi’ah, Al-Haaqqah, Al-Qari’ah.
Tanda-Tanda Kecil Hari Akhir
Tanda-tanda yang telah terjadi
Di antaranya adalah pengutusan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan wafatnya beliau, terbelahnya bulan, ditaklukkannya Baitul Maqdis, dan keluarnya api dari bumi Hijaz. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hitunglah enam hal yang terjadi sebelum datangnya hari kiamat: kematianku dan penaklukan Baitul Maqdis.” (HR. Bukhari)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak terjadi kiamat itu sehingga keluar api dari bumi Hijaz yang menyinari punggung-punggung unta di Bashrah.” (Muttafaq ‘alaih)
Tanda-tanda yang telah nampak dan masih berlanjut
Munculnya kerusakan, munculnya orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dicabutnya ilmu syari’at dan tersebarnya kebodohan, banyaknya kejahatan, munculnya alat-alat musik dan penghalalannya, tersebarnya perzinaan, tersebarnya pembunuhan, perputaran waktu yang cepat, memberikan amanah bukan pada yang ahlinya, orang-orang yang tercela diangkat dan dihormati sedangkan orang baik dihina, orang yang dapat dipercaya dikhianati sementara seorang pengkhianat justru dipercaya, belajar dari orang-orang yang tercela, bermunculan wanita-wanita yang berpakaian tetapi pada hakikatnya telanjang, memberikan salam hanya kepada orang yang dikenal, dll.
Tanda-tanda yang belum muncul, akan tetapi pasti akan terjadi sesuai kabat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Di antaranya yaitu kemunculan Al-Mahdi, yaitu seorang lelaki dari Ahlul Bait yang Allah kuatkan agama dengan keberadaannya, dan menebarkan keadilan di muka bumi. Kemudian tanda lainnya yaitu hancurnya Ka’bah, minimnya laki-laki dan banyaknya wanita hingga satu laki-laki berbanding lima puluh wanita, dll.
Tanda-Tanda Kiamat Kubra (Besar)
a.Keluarnya Dajjal
Kemunculan Dajjal merupakan fitnah terbesar karena Allah menciptakannya dengan memiliki kemampuan yang luar biasa yang tidak bisa dicerna dengan akal manusia. Ia dapat memerintahkan langit agar menurunkan hujan, memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman, dapat menempuh bumi dengan sangat cepat, dan lain sebagainya.
b.Turunnya Isa bin Maryam
Setelah kemunculan Dajjal dan pengrusakan yang ia lakukan di atas bumi, Allah mengutus Isa bin Maryam ke muka bumi di Menara Putih sebelah Timur kota Damaskus. Kemudia dia membunuh Dajjal dan menerapkan hukum-hukum Islam, menghancurkan salib-salib, membunuh babi, melimpahkan harta, dan menghilangkan kebencian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, akan dekat masanya Isa bin Maryam turun dan menjadi hakim yang adil. Ia akan menghancurkan salib-salib, membunuh babi, memberlakukan jizyah, dan berlimpah ruahlah harta sampai tidak ada lagi yang mau menerimanya, sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan seisinya.” (Muttafaq ‘alaih).
c.Munculnya Ya’juj dan Ma’juj
Ya’juj dan Ma’juj adalah dua kelompok umat yang besar dari Bani Adam. Mereka adalah orang-orang super kuat dan berbuat kerusakan di muka bumi, kemudian Nabi Isa menghancurkan mereka semua.
Allah Ta’ala berfirman, “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” (QS. Al-Anbiya: 96).
d.Asap
Allah berfirman, “Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata. Yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih.” (Ad-Dukhan: 10-11).
e.Matahari terbit dari Barat
“Tidaklah kiamat itu terjadi sampai matahari terbit dari Barat. Dan ketika matahari terbit dari Barat maka semua manusia beriman sedangkan pada hari itu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.” (QS. Al-An’am: 158)
f.Munculnya hewan-hewan melata
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tiga hal jika telah datang, maka tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya jika ia belum beriman sebelum itu, atau dia belum menguasahakan kebaikan dalam masa imannya: terbitnya matahari dari Barat, munculnya Dajjal, dan hewan melata di bumi.” (HR. Muslim)
g.Keluarnya api yang menghalau manusia.
h.Tiupan sangkakala.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS. Az-Zumar: 68).
Kedahsyatan Hari Akhir
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka Apabila sangkakala ditiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itulah terjadi kiamat, dan terbelahlah langit karena pada hari itu langit menjadi lemah.” (QS. Al-Haqqah: 13-16)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin menyaksikan hari kiamat seakan-akan ia menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri, maka hendaklah membaca firman Allah, ‘Apabila matahari digulung.’ (QS At-Takwir: 1), ‘Apabila langit terbelah.’ (QS. Al-Infithar: 1), ‘Apabila langit terbelah’ (QS. Al-Insyiqaq: 1).” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
Setelah para makhluk dibangkitkan, Allah mengumpulkan mereka di lapangan yang luas untuk menunggu hari keputusan dalam kondisi tanpa alas kaki, telanjang, dan tidak dikhitan. Pada saat tersebut, matahari didekatkan sehingga bercucuran keringat mencapai tujuh puluh hasta, dan setiap manusia akan berkeringat sesuai dengan kadar amal perbuatan mereka.
Dari Al-Miqdad bin Al-Aswad radiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Matahari didekatkan kepada manusia di hari kiamat sehingga jarak antara matahari dan mereka sama dengan satu mil, sehingga manusia berkeringat sesuai kadar amal mereka. Sebagian mereka ada yang berkeringat sampai kedua mata kakinya, ada yang sampai lututnya, di antaranya juga ada yang sampai pinggangnya, dan ada juga yang sampai ditenggelamkan oleh keringatnya.’ Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi isyarat dengan tangannya sampai kemulutnya.” (HR. Muslim)
Kaum muslimin pun mengimani adanya Al-Mizan (timbangan) yang dengannya segala perbuatan manusia akan ditimbang. Selain itu, kaum muslimin juga mengimani adanya pembagian kitab catatan amal, shirath (jalan), Al-Haudh (telaga), dan syafa’at.

sungai surga

Posted by Bagus on Jun 12, '08 10:47 AM for everyone
(c) FreeFoto.com
SUNGAI DI SURGA (AL KAUTSAR)
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
Surat Al-Kautsar adalah surat yang terdiri dari 3 ayat dan merupakan surat terpendek di dalam Al-Quran. Secara garis besar surat ini berisi dukungan moral Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya dalam menghadapi segala cobaan dan tekanan yang dilakukan oleh kaum musyrikin pada saat itu.
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga
Kata Kautsar terambil dari kata Katsroh yang berarti banyak. Kata ini juga merupakan akar kata Takatsur hanya saja dalam surat ini lebih berkonotasi positif. Dalam tafsir Ibnu Katsir dikemukakan beberapa deskripsi tentang makna Kautsar antara lain dari hadits riwayat Muslim dijelaskan bahwa Kautsar adalah sungai di surga di mana Nabi Muhammad dan umat nya akan dibawa nanti. Sungai tersebut lebih putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu. Di tepiannya terdapat tenda tenda yang terbuat dari mutiara.
Kata a'tho berarti memberi untuk memiliki hal ini berarti bahwa Allah SWT telah menjanjikan untuk memberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya suatu kenikmatan yang berlimpah antara lain telah dijelaskan di atas ialah sungai di surga. Janji Allah SWT ini merupakan suatu dorongan moral kepada Nabi untuk senantiasa tabah dan sabar dalam menghadapi segala intimidasi kaum musyrikin.
Kata a'thoinaka juga berarti memberi yang sedikit. Jika kita kaitkan dengan kata kautsar maka akan dibaca memberi sedikit tapi banyak. Dalam tafsir Al Misbah diterangkan maksud kalimat tersebut adalah pemberian dari Allah SWT tsb ialah sedikit di mata Allah SWT karena sifat Allah yg maha kaya tetapi dari sisi penerima dalam hal ini manusia sesuatu yg sedikit tsb merupakan hal yang berlimpah. Hal ini mengandung pelajaran atau hikmah bahwa setiap kita memberikan sesuatu anggaplah bahwa sesuatu tersebut sedikit hal ini untuk mendorong kita untuk selalu menginfakkan harta yang kita miliki di jalan Allah. Sebaliknya jika kita menerima sesuatu anggaplah banyak karena pemberian tersebut atas izin Allah sehingga kita selalu menjadi hamba yang bersyukur.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah
Sebagai manifestasi dari rasa syukur atas ni'mat yang diberikan kita maka Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk sholat dan berkurban. Ahli tafsir meluaskan makna kata sholat menjadi ibadah. Penggunaan kata fa yang diartikan maka mengandung pengertian bahwa bentuk rasa syukur kita harus dilakukan dengan segera dan jangan ditunda tunda.
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus
Ada suatu riwayat mengatakan bahwa orang orang musyrikin mengolok olokan Nabi Muhammad dengan julukan abtar . "Abtar" secara etimologi berarti terputus secara terminologis digunakan untuk menyebut orang yang tidak punya keturunan laki laki.
Dalam budaya Arab anak laki laki adalah pembawa nama juga merepresentasikan kehormatan keluarga dengan tidak adanya keturunan laki laki maka nama keluarga akan terputus. Rasulullah SAW mendapatkan 3 orang anak laki laki dari Khadijah yang semuanya meninggal waktu mereka masih kecil dengan alasan inilah kaum musyrikin menyebutnya dengan sebutan "Abtar".
Di ayat ke 3 ini Allah SWT menjelaskan bahwa yang "abtar" itu adalah kaum musyrikin itu sendirilah yang pantas mendapat sebutan demikian. Tokoh kaum musyrikin seperti Abu Jahal, Abu Lahab akan dikenal orang generasi penerus dengan keburukannya begitu juga dengan keturunannya. Tidak ada suatu kebaikan pun yang akan dikenal oleh generasi penerus terhadap mereka karena Allah SWT memutus rahmatNya. Sebaliknya Rasulullah SWT dan keturunannya akan terus dihormati sepanjang masa sampai akhir zaman. Itulah fakta yang terjadi dan itu juga bukti mujizat Qur'an. Maha Benar Allah dengan segala firmannya.

nabi idris as melihat surga dan neraka

Kisah Nabi Idris AS Melihat Surga dan Neraka (3)

sorga-neraka
Setiap hari Malaikat Izrael dan Nabi Idris beribadah bersama. Suatu kali, sekali lagi Nabi Idris mengajukan permintaan. “Bisakah engkau membawa saya melihat surga dan neraka?”
“Wahai Nabi Allah, lagi-lagi permintaanmu aneh,” kata Izrael.
Setelah Malaikat Izrael memohon izin kepada Allah, dibawanya Nabi Idris ke tempat yang ingin dilihatnya.
“Ya Nabi Allah, mengapa ingin melihat neraka? Bahkan para Malaikat pun takut melihatnya,” kata Izrael.
“Terus terang, saya takut sekali kepada Azab Allah itu. Tapi mudah-mudahan, iman saya menjadi tebal setelah melihatnya,” Nabi Idris menjelaskan alasannya.
Waktu mereka sampai ke dekat neraka, Nabi Idris langsung pingsan. Penjaga neraka adalah Malaikat yang sangat menakutkan. Ia menyeret dan menyiksa manusia-manusia yang durhaka kepada Allah semasa hidupnya. Nabi Idris tidak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang mengerikan itu. Api neraka berkobar dahsyat, bunyinya bergemuruh menakutkan, tak ada pemandangan yang lebih mengerikan dibanding tempat ini.
Dengan tubuh lemas Nabi Idris meninggalkan tempat yang mengerikan itu. Kemudian Izrael membawa Nabi Idris ke surga. “Assalamu’alaikum…” kata Izrael kepada Malaikat Ridwan, Malaikat penjaga pintu surga yang sangat tampan.
Wajah Malaikat Ridwan selalu berseri-seri di hiasi senyum ramah. Siapapun akan senang memandangnya. Sikapnya amat sopan, dengan lemah lembut ia mempersilahkan para penghuni surga untuk memasuki tempat yang mulia itu.
Waktu melihat isi surga, Nabi Idris kembali nyaris pingsan karena terpesona. Semua yang ada di dalamnya begitu indah dan menakjubkan. Nabi Idris terpukau  tanpa bisa berkata-kata melihat pemandangan sangat indah di depannya. “Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah…” ucap Nabi Idris beulang-ulang.
Nabi Idris melihat sungai-sungai yang airnya bening seperti kaca. Di pinggir sungai terdapat pohon-pohon yang batangnya terbuat dari emas dan perak. Ada juga istana-istana pualam bagi penghuni surga. Pohon buah-buahan ada disetiap penjuru. Buahnya segar, ranum dan harum.
Waktu berkeliling di sana, Nabi Idris diiringi pelayan surga. Mereka adalah para bidadari yang cantik jelita dan anak-anak muda yang amat tampan wajahnya. Mereka bertingkah laku dan berbicara dengan sopan.
Mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali.”
“Silahkan minum, inilah minuman untuk penghuni surga.” Jawab Izrael. Pelayan surga datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas dan perak. Nabi Idris pun minum air itu dengan nikmat. Dia amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu. “Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah,” Nabi Idris mengucap syukur berulang-ulang.
Setelah puas melihat surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk kembali ke bumi. Tapi ia tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah terpikat keindahan dan kenikmatan surga Allah.
“Saya tidak mau keluar dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti,” kata Nabi Idris.
“Tuan boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti, setelah semua amal ibadah di hisab oleh Allah, baru tuan bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang yang beriman lainnya,” kata Izrael.
“Tapi Allah itu Maha Pengasih, terutama kepada Nabi-Nya. Akhirnya Allah mengkaruniakan sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris menjadi satu-satunya Nabi yang menghuni surga tanpa mengalami kematian. Waktu diangkat ke tempat itu, Nabi Isris berusia 82 tahun.
Firman Allah:
“Dan ceritakanlah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi, dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Al-Anbiya:85-86).
***
Pada saat Nabi Muhammad sedang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj ke langit, beliau bertemu Nabi Idris. “Siapa orang ini? Tanya Nabi Muhammad kepada Jibril yang mendampinginya waktu itu.
“Inilah Idris,” jawab Jibril. Nabi Muhammad mendapat penjelasan Allah tentang Idris dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 85 dan 86, serta Surat Maryam ayat 56 dan 57.

jembatan shiratal mustaqim

jembatan Yang Paling Mengerikan, yaitu SHIRAT AL MUSTAQIM





Salahsatu peristiwa dahsyat yang bakal dialami oleh setiap orang yang telah mengucapkan ikrar syahadat Tauhid ialah keharusan menyeberangi suatu jembatan yang dibentangkan di atas kedua punggung neraka jahannam. Ia tidak saja dialami oleh ummat Islam dari kalangan ummat Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam, melainkan semua orang beriman dari ummat para Nabi sebelumnya juga wajib mengalaminya.

Peristiwa ini akan dialami oleh setiap orang beriman, baik mereka yang imannya sejati maupun yang berbuat banyak maksiat termasuk kaum munafik. Menurut sebagian ahli tafsir peristiwa menyeberangi jembatan di atas neraka telah diisyaratkan Allah di dalam Al-Qur’anul Karim.

وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْماً مَّقْضِيّاً ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوا وَّنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيّاً

”Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS Maryam[19]: 71-72)

Maksud dari kata ”mendatangi” ialah melintas di atas Neraka Jahannam dengan menyeberangi jembatan tersebut. Semua orang beriman –bagaimanapun kualitas imannya- pasti mengalaminya. Hanya saja Allah jamin keselamatan bagi mereka yang imannya sejati (orang-orang bertaqwa). Dan adapun mereka yang imannya bermasalah (orang-orang zalim/kaum munafik) akan jatuh tergelincir ke dalam Neraka Jahannam saat melintasinya.

Dalam sebuah hadits bahkan secara lebih detail Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan keadaan jembatan dimaksud. Jembatan itu lebih tipis dari sehelai rambut dan lebih tajam dari sebilah pedang. Laa haula wa laa quwwata illa billah!

Betapa sulitnya bagi kita untuk berjalan menyeberang di atasnya. Tetapi Allah Maha Perkasa sekaligus Maha Bijaksana. Allah akan berikan bekal bagi orang-orang yang imannya sejati untuk sanggup melintas di atas jembatan tersebut. Beginilah gambaran Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengenai jembatan tersebut dengan kejiadian-kejadian yang menyertainya:

“Dan Neraka Jahannam itu memiliki jembatan yang lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang. Di atasnya ada besi-besi yang berpengait dan duri-duri yang mengambil siapa saja yang dikehendaki Allah. Dan manusia di atas jembatan itu ada yang (melintas) laksana kedipan mata, ada yang laksana kilat dan ada yang laksana angin, ada yang laksana kuda yang berlari kencang dan ada yang laksana onta berjalan. Dan para malaikat berkata: ”Ya Allah, selamatkanlah. Selamatkanlah.” Maka ada yang selamat, ada yang tercabik-cabik lalu diselamatkan dan juga ada yang digulung dalam neraka di atas wajahnya.” (HR Ahmad 23649)

Jadi, menurut hadits di atas ada mereka yang bakal menyeberanginya dengan selamat dan ada yang menyeberanginya dengan selamat namun harus mengalami luka-luka dikarenakan terkena sabetan duri-duri yang mencabik-cabik tubuhnya. Lalu ada pula mereka yang gagal menyeberanginya hingga ujung. Mereka terpeleset, tergelincir sehingga terjatuh dan terjerembab dengan wajahnya ke dalam neraka yang menyala-nyala di bawah jembatan. Na’udzubillahi min dzaalika!

Lalu bagaimana seseorang dapat menyeberanginya dengan selamat? Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa pada saat peristiwa menegangkan itu sedang berlangsung para Nabi dan para malaikat sibuk mendoakan keselamatan bagi orang-orang beriman. Mereka berdoa: ”Rabbi sallim. Rabbi sallim. (Ya Rabbi, selamatkanlah. Ya Rabbi, selamatkanlah).” Selanjutnya Allah akan memberikan cahaya bagi setiap orang. Baik mereka yang beriman sejati, mereka yang banyak berbuat dosa, maupun yang munafik sama-sama memperolehnya.

Namun ketika sedang melintasi jembatan tersebut orang-orang yang imannya emas akan terus ditemani dan diterangi oleh cahaya tersebut hingga selamat sampai ke ujung penyeberangan. Sedangkan orang-orang munafik hanya sampai setengah perjalanan melintas jembatan tersebut tiba-tiba Allah mencabut cahaya yang tadinya menerangi mereka sehingga mereka berada dalam kegelapan lalu terjatuhlah mereka dari atas jembatan shirath ke dalam api menyala-nyala Neraka Jahannam. Na’udzubillahi min dzaalika!

“Allah akan memanggil umat manusia di akhirat nanti dengan nama-nama mereka ada tirai penghalang dari-Nya. Adapun di atas jembatan Allah memberikan cahaya kepada setiap orang beriman dan orang munafiq. Bila mereka telah berada ditengah jembatan, Allah-pun segera merampas cahaya orang-orang munafiq. Mereka menyeru kepada orang-orang beriman: ”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahaya kamu.” (QS Al-Hadid ayat 13) Dan berdoalah orang-orang beriman: ”Ya Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami.”(QS At-Tahrim ayat 8) Ketika itulah setiap orang tidak akan ingat orang lain.” (HR Thabrani 11079)

Saudaraku, sungguh pemandangan yang sangat mendebarkan. Pantaslah bila Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyatakan bahwa saat peristiwa menyeberangi jembatan di atas Neraka Jahannam sedang berlangsung setiap orang tidak akan ingat kepada orang lainnya. Sebab semua orang sibuk memikirkan keselamatannya masing-masing.
Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari kemunafikan, dan ‘amal perbuatan kami dari riya dan lisan kami dari dusta serta pandangan mata kami dari khianat. Sesungguhnya Engkau Maha Tahu khianat pandangan mata dan apa yang disembunyikan hati.

wanita penghuni surga

Kenikmatan wanita Penghuni Surga Berbeda dengan Pria Penghuni Surga



Kalau dilihat sekilas, banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan kenikmatan surga lebih ditujukan bagi laki-laki. Mereka dijanjikan bidadari yang cantik jelita dan berbagai kenikmatan luar biasa lainnya. Lalu apa yang akan didapatkan para wanita di sana? Apakah mereka mendapatkan pengganti dari suami-suami mereka dahulu.? Dan apakah nikmat yang akan diperoleh mereka tidak lebih baik dari yang akan diterima kaum Adam?

Tidak diragukan lagi bahwa pahala di dalam surga yang banyak terdapat dalam al-Qur’an bersifat umum, mencakup laki-laki dan perempuan.

Firman Allah Ta’ala:

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ

"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain." (QS. Ali-Imran: 195)

وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.” (QS. an-Nisa’: 124)

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl: 97)

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. al-Ahzab: 35)

Allah telah menyebutkan bahwa mereka kaum mukminin laki-laki dan perempuan akan masuk surga semua.

هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلَالٍ عَلَى الْأَرَائِكِ مُتَّكِئُونَ

“Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.” (QS. Yaasin: 56)

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ

“Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan." (QS. az-Zukhruf: 70)

Bahkan Allah juga mengabarkan akan mengulangi lagi penciptaan para wanita penghuni surga.

إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا

“Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.” (QS. al-Waqi’ah: 35-36)

Maksudnya yaitu Allah akan mengulangi lagi penciptaan para wanita yang sudah renta. Allah menjadikan mereka belia lagi sebagaimana menjadikan para lelaki yang sudah tua menjadi muda. Dan telah dijelaskan di dalam hadits bahwa para wanita dunia di surga lebih mulia daripada para bidadari yang cantik jelita karena ibadah dan ketaatan mereka.

. . . bahwa para wanita dunia di surga lebih mulia daripada para bidadari yang cantik jelita karena ibadah dan ketaatan mereka.

Para wanita mukminat masuk surga sebagaimana kaum lelaki. Jika mereka pernah dinikahi oleh beberapa laki-laki, dan mereka semua masuk surga bersamanya, ia berhak memilih di antara mereka, lalu ia akan memilih yang terbaik akhlaknya.

Para wanita di surga mendapatkna laki-laki ahli surga. Sedangkan laki-laki ahli surga itu lebih baik daripada para bidadari. Dari sini, maka boleh jadi pahala yang akan diperoleh wanita ahli surga lebih besar daripada yang diperoleh oleh laki-laki penghuni surga, dari sisi pasangannya.

Para wanita di surga mendapatkna laki-laki ahli surga.

Sedangkan laki-laki ahli surga itu lebih baik daripada para bidadari.


Oleh: Badrul Tamam (Disadur dari fatwa-fatwa syaikh Utsaimin dan Abdurrahman bin Jibrin. Fatawa Mar’ah Muslimah: 602-603.)
Allah akan mengulangi lagi penciptaan para wanita yang sudah renta. Allah menjadikan mereka belia lagi sebagaimana menjadikan para lelaki yang sudah tua menjadi muda. Dan telah dijelaskan di dalam hadits bahwa para wanita dunia di surga lebih mulia daripada para bidadari yang cantik jelita karena ibadah dan ketaatan mereka.